Sabtu, 17 November 2012

Kisah bayi yang di aborsi....


Stop Aborsi, Renungan untuk Bunda yang Membunuh Bayinya dengan Aborsi

Mama sayang,

Aku di surga sekarang, duduk di pangkuan Tuhan. 
Ia mengasihiku dan menangis bersamaku sebab
pedih pilu hatiku. Begitu ingin aku menjadi putri
mungil mu.


 

 





Tidak terlalu mengerti aku akan apa yang telah 
terjadi. Aku begitu bergairah ketika mulai
menyadarikeberadaanku. Aku ada di suatu tempat yang
gelap, namun nyaman. Aku melihat aku punya jari-
jari dan jempol. Aku cantik seturut
perkembanganku, tapi belum siap meninggalkan
tempatku.

Aku menghabiskan sebagian besar waktuku 
dengan berpikir atau tidur. Bahkan sejak hari-hari
pertamaku, aku merasakan ikatan istimewa antara
engkau dan aku.

Kadang aku mendengarmu menangis, dan aku 
menangis bersamamu.

Kadang engkau berteriak dan memaki, lalu aku 
menangis.

Aku dengar Papa memaki balik. 

Aku sedih dan berharap engkau akan segera baik 
kembali.














Aku heran mengapa engkau begitu sering 
menangis.

Suatu hari engkau menangis hampir sepanjang 
hari.

Pilu hatiku karenanya. 

Tak dapat kubayangkan mengapa engkau begitu 
berduka.

Pada hari itu juga, hal yang paling mengerikan 
terjadi.

Suatu monster yang amat keji masuk ke tempat 
hangat dan nyaman di mana aku berada.

Aku sangat takut, aku mulai menjerit, tapi tak 
sekalipun engkau berusaha menolong. Mungkin
engkau tak pernah mendengarku........

Monster itu semakin lama semakin dekat 
sementara
aku terus berteriak, "Mama, Mama, tolong aku.....,
Mama......tolong aku."

Suatu teror yang ngeri aku rasakan. Aku berteriak 
dan berteriak.......hingga tak sanggup lagi. Lalu
monster itu mulai mencabik lenganku. Sungguh
sakit rasanya, sakit yang tak kan pernah dapat
kuungkapkan dengan kata. Monster itu tidak
berhenti. Oh....bagaimana aku harus mohon agar ia
berhenti. Aku menjerit sekuat tenaga sementara ia
mencabik putus kakiku.

Sepenuhnya aku dalam kesakitan, aku sekarat. 

Aku tahu tak kan pernah aku melihat wajahmu atau 
mendengarmu membisikkan betapa engkau
mengasihiku.

Aku ingin menghapus butir-butir air matamu. 

Aku punya begitu banyak rencana untuk 
membuatmu bahagia, Mama....Tapi aku tak dapat.
Mimpi-mimpiku musnah sudah.

Walau menanggung sakit tak terperi pedih dan 
pilunya hati kurasakan melampaui segalanya.
Lebih dari segalanya aku ingin menjadi putrimu.

Tak ada gunanya sekarang, aku meregang nyawa 
dalam sengsara tak terkatakan. Hanya hal-hal
buruk yang terlintas di benakku. Begitu ingin aku
mengatakan bahwa aku mengasihimu, sebelum
aku pergi. Tapi, aku tak tahu kata-kata yang dapat
engkau mengerti.

Dan segera saja, aku tak lagi punya napas untuk 
mengatakannya; aku mati.

Aku merasa diriku terangkat, seorang malaikat 
besar membawaku ke suatu tempat yang besar
dan indah. Aku masih menangis, tapi segala rasa
sakit tubuhku sirna sudah. Malaikat membawaku
kepada Tuhan dan membaringkanku dalam pelukan
Nya. Tuhan mengatakan bahwa Ia mencintaiku.
Lalu, aku merasa bahagia. Kutanya pada-Nya, apa itu yang
membunuhku.

Jawab-Nya, 
"Aborsi, Aku menyesal anak-Ku; karena Aku tahu
bagaimana ngeri rasanya."

Aku tidak tahu apa itu aborsi; Aku pikir mungkin 
nama monster itu.

Aku menulis untuk mengatakan betapa aku 
mengasihimu......dan mengatakan padamu betapa
ingin aku menjadi putri mungilmu.

Aku telah berjuang sehabis-habisnya untuk hidup, 
aku ingin hidup......! Kuat keinginanku, tapi aku tak
mampu; monster itu terlalu kuat...Dicabik-cabiknya
lengan dan kakiku dan akhirnya seluruh
tubuhku.....
  
Tak mungkin bagiku untuk hidup. Aku hanya ingin
engkau tahu bahwa aku berusaha tinggal
bersamamu. Aku tidak mau mati! Juga Mama,
berhati-hatilah terhadap monster bernama aborsi itu.
Mama aku mengasihimu.....Aku sedih engkau harus
menanggung rasa sakit seperti yang kualami.

Berhati-hatilah, 

Peluk cium, 
Bayi Perempuanmu.........


sumber: Silent Scream of a Baby 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut